Pages - Menu

Tampilkan postingan dengan label produk. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label produk. Tampilkan semua postingan

Selasa, 07 Februari 2017

Beli Merek/Brand Dalam Negeri daripada beli KW

Kalau bagi saya lebih baik membeli produk dalam negeri asli atau merek/brand adlam negeri daripada membeli produk KW atau tiruan atau palsu atau imitasi. Tentunya dengan pertimbangan melihat kepada sejarah pembelian dan kualitas bahan serta kualitas pengerjaan.

Tanpa melihat sisi legalpun membeli produk KW jelas-jelas salah atau munkin dengan bahasa lebih moderen kita sebut tidak beretika. Sederhana aja sih sebenarnya, bayangkan apabila anda mempunyai produk dengan ciri khas yang melekat pada produk tersebut dan menjadi pemuncak pasar sedan digemari kemudian anda menemukan di pasar ada produk yang sama tetapi anda merasa itu bukan produksi anda ya jelas anda akan emosional entah itu marah sedih kecewa. Masih mending akhirnya anda mempunyai follower atau saingan dari produk anda.

Bagi saya membeli produk dalam negeri dengan brand dan merek dalam negeri tentunya memberikan kontribusi anda pada pembiayaan produksi baik itu bahan baku dan sumber daya manusia. Bagaimana kalau produk KW yang diproduksi dalam negeri? Ya tetap sebaiknya tidak dibeli. 

Tapi kita tidak bisa lari dari kenyataan bahwa dengan ekonomi negara yang berkembang, barang-barang yang murah menjadi primadona tersendiri terlepas bagaimana status barang tersebut. Setidaknya ada daya beli masyarakat.

Bagaimana dengan merek merek atau brand yang dimirip-miripkan seperti Adidos, Niko atau merek yang membuat kita tersenyum? Aspek hak cipta produk itu ada banyak bisa logo, desain, warna, dll. Selama Adidos tidak menggunakan strip 3 sebagai ciri khas Adidas maka bisa saja terlepas dari masalah tapi kalau sudah mirip bisa saja menjadi masalah hukum.

Baru-baru ini saya beli sepatu eagle. Sudah lama saya tidak pake sepatu eagle karena terakhir mungkin waktu zaman SD. Daripada beli KW dengan harga relatif sama kenapa tidak beli sepatu eagle yang nyaris sama panjang sejarahnya.
sepatu running eagle (mohon maaf bukan bermaksud promosi)


Minggu, 19 April 2015

Teknologi mesin cuci

Pernahkah anda melihat daleman mesin cuci? Dan melihat mekanismenya?
Salah satu fitur mesin cuci terutama mesin cuci top loading dengan 2 tabung adalah membuang air bekas cucian. Mekanismenya adalah dengan membuka saluran pembuangan yang sudah dibuat khusus memanfaatkan sifat air yang selalu bergerak ke tempat yang lebih rendah. Tetapi tahukah anda bagaimana penutup saluran itu bekerja? Ternyata pintu penutup saluran itu bekerja dikendalikan oleh knob pemutar dengan proses menggunakan teknologi yang sangat konvensional.

Ya..ternyata mekanisme pembukaan penutup saluran itu adalah dengan terhubungnya pintu penutup itu dengan knob pemutar melalui sebuah tali berbahan fiber. Jadi knob pemutar akan menarik dan melepas pintu penutup saluran pembuangan air tersebut. Ingatlah bahwa knob pemutar ada di atas dan pintu saluran air tersebut ada di dasar mesin cuci. Bayangkan sesudah bepuluh tahun mekanisme ini masih dipertahankan. Tetapi memang kalau dipikir-pikir mekanisme tersebut masih yang terbaik untuk fitur pembuangan saluran air tersebut. Mekanisme ini saya dapatkan dan saya cermati pada dua mesin cuci. Satu adalah merek terkenal dan satu lagi adalah pada merek ekonomis.

Kesimpulannya adalah teknologi yang masih cukup efisien masih akan lama terpakai. Apalagi dibarengi dengan pemakaian yang apik dan terawat maka mesin cuci tersebut akan bertahan cukup lama. Pemahaman ini harusnya menjadi sinyalemen para pembuat produk untuk tidak sungkan menggunakan berbagai mekanisme dan cara kreatif dalam membangun sebuah produk. Sehingga bisa bermanfaat bagi penggunanya walaupun sebenarnya sederhana.

Minggu, 10 Juni 2012

Cerita tentang produk lama lebih kuat

Kakak saya membeli kamera saku digital bermerek ***** hampir setahun yang lalu lebih dikit. Setelah pemakaian yang cukup intens selama 1 tahun lebih tersebut, diketahui sekarang kamera tersebut sudah tidak berfungsi dikarenakan kerusakan pada lensanya. Karena garansi yang telah habis serta perwakilan servis yang tidak ada di kota kami maka kamera tersebut dibawa kepada ahli reparasi kamera.

Setelah dibawa ke tempat tersebut maka si ahli reparasi tersebut memberikan suatu asumsi awal bahwa kejadian terhadap kamera tersebut dikarenakan motor lensa yang sudah lemah. Menariknya ialah bahwa kejadian tersebut sangat sering dialami oleh kamera-kamera sejenis. Dia memberi informasi juga bahwa umur pakai kamera tersebut kebanyakan selama 1 tahun dengan pemakaian yang cukup intens. Dan sambil menambahkan bahwa dia akan berusaha coba memperbaikinya.

Saya hanya bisa menduga bahwa kamera digital ekonomis dengan harga berkisar 1-1,5 juta diciptakan bukan untuk pemakaian bertahun-tahun. Dengan kata lain bahwa pihak produsen kamera mencoba memenuhi tingkat permintaan barang dengan spesifikasi yang lumayan tetapi teknologinya tidak meliputi terhadap kelangsungan atau daya tahan kamera tersebut. Dalam situasi tertentu hal ini patut dipertanyakan karena orang dengan kemampuan daya beli yang tinggi akan membeli kamera dengan kualitas terbaik, sedangkan yang mempunyai daya beli menengah cenderung memilih barang-barang dengan klasifikasi produksi bisa dikatakan rendah namun ketika pada suatu saat rusak sering untuk mempertanyakan situasi yang kurang mengenakkan bagi mereka. Untuk produk kamera menurut saya bahwa kualitas barang dengan teknologi menengah ke bawah sebaiknya lebih diutamakan kepada komponen mekanis dibandingkan kualitas hasil gambar yang sebenanrnya secara kasat mata tidak terlalu ada perbedaan yang signifikan. Jadi alih-alih ingin membeitahukan kualitas hasil akhir foto tetapi kualitas produk secara mekanis hanya bisa berlangsung 1 tahun. Walaupun sebenarnya selera orang dan kepuasan konsumen berbeda-beda tiap orang.

Mendengar cerita tersebut, saya berpikir akan cerita orang-orang bahwa peralatan tempo dulu kualitasnya sangat baik bisa sampai bertahun-tahun. Dan dibuktikan dengan masih terdapatnya berbagai benda saat ini yang merupakan peninggalan jaman dulu, paling tidak kita masih mempunyai 1 atau 2 barang.

Teknologi yang diterapkan terhadap suatu benda yang dipasarkan ternyata mempengaruhi keputusan konsumen serta kepuasan yang akan didapatkan. Sejauh ini produsen masih menerapkan suatu formula yang sangat menguntungkan bagi mereka tetapi apa yang dihadapkan oleh konsumen apapun itu hasilnya merupakan konsekuensi terhadap pemilihan harga.