Dalam 4 tahun terakhir dunia sepakbola disuguhkan permainan indah tiki-taka yaitu permainan bola cepat merapat dari kaki ke kaki dengan manuver pemain yang liar yang diperagakan oleh tim sepakbola asal negeri matador Spanyol yaitu FC Barcelona. Dengan menguasai permainan tiki-taka maka tim yang mampu melakukannya akan mendapatkan penguasaan bola lebih banyak dan seiring hal tersebut maka tim lawan akan menghadapi serangkaian serangan yang cukup mematikan. Permainan ini tidak bisa diperagakan oleh tim-tim kelas dunia lainnya walaupun dengan segudang pemain bintang karena membutuhkan jam terbang yang lama dalam kebersamaan tim. Selama 4 tahun tersebut mungkin Barcelona bisa disebut 'king of kings' terbukti dengan trophy dan titel juara yang membanjir.
Mengapa demikian? Sudah bukan rahasia lagi kalau sebagian besar pemain tim Barcelona telah ditempa dengan strategi, pemahaman, kebersamaan atau bahkan mungkin kalau meminjam istilah yang ekstrim yaitu 'indoktrinasi' permainan dari saat mereka masih bersekolah bersama-sama di pusat pendidikan mereka di La Masia. Pendidikan dan latihan selama bertahun-tahun inilah yang akhirnya menegaskan karakter mereka sekarang ini walaupun ada dari beberapa mereka pernah mengalami perpindahan tim tapi itu hanya semata-mata untuk mendapatkan pengalaman bermain dan faktor penting lainnya adalah pelatih yang sejiwa dan sealiran alias ya didikan Barcelona dan besar di Barcelona juga yaitu yang paling fenomenal adalah Pep Guardiola. Kalaupun ada pemain non La Masia, pelatih tinggal melakukan penyesuaian dan tentu saja pemilihan karakter si pemain tersebut haruslah sesuai dengan gaya permainan yang akan diterapkan.
Pertanyaannya adalah dengan begitu hebatnya permainan tersebut apakah tidak ada yang bisa menghentikannya? Tentu saja bisa, Inter Milan merupakan tim awal yang mampu melakukannya. Jose Mourinho ketika itu melakukan strategi bertahan yang cukup mumpuni. Selain karena sepakbola Italia terkenal dan terbiasa dengan stretegi bertahan atau 'grendel' walaupun pada kenyataannya tim-tim Italia sudah menerapkan sepakbola modern namun tradisi itulah yang menjiwai permainan mereka ketika berhadapan dengan Barcelona di Liga Champion beberapa tahun lalu. Setelah kejadian tersebut praktis tim-tim lain yang berhadapan dengan Barcelona tidak mengambil pelajaran dari kejadian tersebut bahkan Mourinho pun dengan Madridnya.
Minggu-minggu terakhir di bulan April ini juga menjadi sejarah setelah Barcelona mengalami 3 pertandingan dengan hasil negatif melawan tim yang menerapkan strategi yang bisa dibilang cara yang sejauh ini mampu menghentikan dominasi mereka. Apakah Strategi tersebut? Berikut adalah ulasan analisis strategi dan persiapan strategi dalam menghadapi tiki-taka tersebut.
Adalah Chelsea yang menggunakannya di laga kandang kala bertemu Barcelona di semifinal Liga Champion 2012 dilanjutkan dengan Real Madrid di Camp Nou pada lanjutan liga Spanyol dan dini hari tadi Chelsea yang bertandang ke Camp Nou untuk leg ke-2. Beberapa catatan dalam 3 pertandingan tersebut adalah:
a. Chelsea v Barcelona, Chelsea menerapkan strategi bertahan dengan memaksimalkan counter attack dan beruntung Didier Drogba menjalankan fungsinya sebagai striker oportunis memanfaatkan peluang yang bisa dibilang jarang ada. 1-0 untuk Chelsea.
b. Barcelona v Real Madrid, Mourinho akhirnya kembali (walaupun mungkin juga gengsi) menerapkan strategi bertahan optimal. Tetapi ada beberapa catatan menarik di sini:
- Mou menekankan akan keahlian individu pemain Madrid digunakan semaksimal mungkin untuk menggiring bola ketika bola lepas dari Barcelona. Mungkin bisa dikatakan counter attack yang berkualitas dan efektif. Berkualitas dalam mengambil alih permainan dan efektif sehingga pada akhirnya harus bisa paling tidak melakukan tendangan ke gawang lawan atau bahkan mencetak gol.
- Mou sepertinya menginstruksikan agar ketika mereka diserang mereka membiarkan pemain Barcelona untuk bebas memainkan bola sampai pada keadaan tertentu baru dilakukan usaha menghentikan dan merebut bola bahkan cenderung untuk menunggu bola dilepaskan dan berusaha mengantisipasinya. Di sini posisi pemain terutama pemain bertahan harus tepat.
- Ketika terjadi scrimmage serangan Madrid dan pemain Barcelona bisa mendapatkan bola kembali di pertahanan mereka maka pemain depan Madrid dengan cepat memberikan tekanan pada pemain bertahan Barca terutama yang berada dekat dengan bola dengan maksud bola akan lepas dari pemain Barcelona dan poin 1 harus dimaksimalkan. Hal ini berhubungan dengan unsur kejutan dan tekanan permainan.
- Madrid dalam pertandingan tersebut memiliki ketenangan emosi yang lebih baik dari pertandingan el clasico sebelum sebelumnya.
c. Barcelona v Chelsea, dengan ketenangan yang luar biasa walaupun dengan 10 orang Chelsea berhasil kembali melakukan strategi bertahan dan melakukan efektif counter attack.
Persiapan atau faktor apakah yang bisa menghantarkan kesuksesan dalam strategi bertahan dan counter attack ini? Penulis dalam hal ini memberikan beberapa pendapat:
1. Menjalankan strategi bertahan bukan hanya sekedar menaruh pemain sebanyak mungkin di pertahanan, namanya juga strategi pasti harus dipersiapkan dengan baik salah satunya dengan latihan yang tepat demikian juga counter attack. Chelsea telah melakukan hal ini dengan serius dan Mourinho bahkan harus menunggu beberapa el clasico sehingga dapat merumuskan strategi bertahan yang sesuai dengan karakter Madrid.
2. Emosi dan mental pemain harus dalam kondisi yang baik, dengan motivasi yang tepat maka hal ini dapat terbangun. Hal ini dapat terlihat ketika mereka dengan ketenangannya menerima serbuan ke pertahanan.
3. Berusaha memberi unsur kejutan. Tim yang secara konstan terus menyerang maka ritme dan fokusnya ada pada permainannya. Setiap ada hal yang berada di luar perkiraan mereka pada umumnya akan memecah konsentrasi mereka bahkan hanya dengan sebuah serangan yang membahayakan apalagi sebuah gol. Pergerakan penyerang Madrid di daerah pertahanan Lawan serta gol Ramires menjadi buktinya.
4. Keefektifan counter attack harus ditunjang dengan pemain depan yang mumpuni, Christiano Ronaldo, Didier Drogba dan Fernando Torres setidaknya sampai sekarang merupakan bukti dari bagaimana sebuah peluang yang mungkin akan jarang terjadi harus dimaksimalkan dan tentu saja nama-nama tersebut jaminan mutu.
5. Detail persiapan harus diperhatikan bahkan sampai kepada seragam yang digunakan. Seragam Chelsea di leg ke-2 kemarin menunjukkan kesederhanaan tetapi terlihat gagah sehingga menjadi motivasi tambahan.
6. Setiap strategi pasti ada kelebihan dan kekurangan. Lihat bagaimana pemain belakang Barcelona ikut dalam menyerang sehingga konsentrasinya terbagi. Lihat pula kiper Barcelona yang praktis dalam kondisi tidak teruji atau tertekan karena minimnya serangan lawan sehingga satu sekali serangan bisa menjadi lengah.
Untuk menghadapi tiki-taka ini mungkin bukan hanya dilawan dengan strategi bertahan dan counter attack untuk meredamnya. Penulis ingin sekali menyaksikan jika tiki-taka dilawan oleh tiki-taka atau strategi menyerang yang lain. Bakal menjadi pertarungan yang sengit jika menghasilkan penguasaan bola yang seimbang dan aliran serangan yang silih berganti. Tetapi yang pasti semua strategi adalah strategi selama masih mengutamakan prinsip Fair Play.
Van der Sar berkata "demi sepakbola Barcelona harus menang". Saya kira pernyataan ini dijawab oleh pernyataan Fernando Torres "Tim terbaik tidak selalu harus menang". Saya jadi teringat sebuah ungkapan "di atas langit masih ada langit"
Persiapan atau faktor apakah yang bisa menghantarkan kesuksesan dalam strategi bertahan dan counter attack ini? Penulis dalam hal ini memberikan beberapa pendapat:
1. Menjalankan strategi bertahan bukan hanya sekedar menaruh pemain sebanyak mungkin di pertahanan, namanya juga strategi pasti harus dipersiapkan dengan baik salah satunya dengan latihan yang tepat demikian juga counter attack. Chelsea telah melakukan hal ini dengan serius dan Mourinho bahkan harus menunggu beberapa el clasico sehingga dapat merumuskan strategi bertahan yang sesuai dengan karakter Madrid.
2. Emosi dan mental pemain harus dalam kondisi yang baik, dengan motivasi yang tepat maka hal ini dapat terbangun. Hal ini dapat terlihat ketika mereka dengan ketenangannya menerima serbuan ke pertahanan.
3. Berusaha memberi unsur kejutan. Tim yang secara konstan terus menyerang maka ritme dan fokusnya ada pada permainannya. Setiap ada hal yang berada di luar perkiraan mereka pada umumnya akan memecah konsentrasi mereka bahkan hanya dengan sebuah serangan yang membahayakan apalagi sebuah gol. Pergerakan penyerang Madrid di daerah pertahanan Lawan serta gol Ramires menjadi buktinya.
4. Keefektifan counter attack harus ditunjang dengan pemain depan yang mumpuni, Christiano Ronaldo, Didier Drogba dan Fernando Torres setidaknya sampai sekarang merupakan bukti dari bagaimana sebuah peluang yang mungkin akan jarang terjadi harus dimaksimalkan dan tentu saja nama-nama tersebut jaminan mutu.
5. Detail persiapan harus diperhatikan bahkan sampai kepada seragam yang digunakan. Seragam Chelsea di leg ke-2 kemarin menunjukkan kesederhanaan tetapi terlihat gagah sehingga menjadi motivasi tambahan.
6. Setiap strategi pasti ada kelebihan dan kekurangan. Lihat bagaimana pemain belakang Barcelona ikut dalam menyerang sehingga konsentrasinya terbagi. Lihat pula kiper Barcelona yang praktis dalam kondisi tidak teruji atau tertekan karena minimnya serangan lawan sehingga satu sekali serangan bisa menjadi lengah.
Untuk menghadapi tiki-taka ini mungkin bukan hanya dilawan dengan strategi bertahan dan counter attack untuk meredamnya. Penulis ingin sekali menyaksikan jika tiki-taka dilawan oleh tiki-taka atau strategi menyerang yang lain. Bakal menjadi pertarungan yang sengit jika menghasilkan penguasaan bola yang seimbang dan aliran serangan yang silih berganti. Tetapi yang pasti semua strategi adalah strategi selama masih mengutamakan prinsip Fair Play.
Van der Sar berkata "demi sepakbola Barcelona harus menang". Saya kira pernyataan ini dijawab oleh pernyataan Fernando Torres "Tim terbaik tidak selalu harus menang". Saya jadi teringat sebuah ungkapan "di atas langit masih ada langit"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar